Kesenian Garut
Boboyongan dengan nama lain surak ibra. Berdiri semenjak tahun 1910 di kampung Sindang Sari, Desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja. Kesenian ini diciptakan oleh raden Djadjadiwangsa putra Raden Wangsa Muhammad atau Pangeran Papak dalam rangka perjuangan melawan penjajahan dalam bentuk pagelaran kesenian dengan maksud menyindir kesewenang-wenangan terhadap pribumi. Kesenian ini ditampilkan oleh puluhan orang yang terdiri dari pemain angklung, dog-dog dan instrmen lainya serta beberapa penari. Pada puncak tarian salah seorang diantara mereka akan dilempar-lempar ke atas oleh pemain lainya sambil dikelilingi oleh pembawa obor dan pemain musik yang menyertainya. Sangat menghibur dan atraktif.
Kesenian ini diambil dari nama seorang yang sangat terampil memanjat pohon kelapa bernama Laisan. Yang sehari-hari dipanggil Pak Lais. Lais ini sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda, tepatnya di kampung Nangka Pait, kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut. Lais adalah kesenian akrobatik tradisonal dimana pemain utama bergelantungan, menari berputar-putar tanpa pengaman pada seutas tambang yang diikatkan pada dua batang bambu di kiri kananya sambil diiringi oleh musik pencak silat tradisional sunda serta dibumbui dengan cerita jenaka yang dibawakan oleh pemain-pemain lain.
Hadro adalah kesenian dari daerah Bojong, Kecamatan Bungbulang, berdiri
pada tahun 1971. Kesenian ini dibawa oleh KH. Ahmad Sayuti dari kampung Singuru Kec. Samarang. Kesenian Handro merupakan gabungan dari lagu-lagu keagamaan yang diikuti dengan gerakan / jurus silat halus diiringi oleh instrumen rebana dan dong-dong.
Merupakan kesenian tradisional dari Kec. Samarang. Pencak ular ini tidak jauh dengan kes
enian pencak silat pada umumya. Hanya saja selain mendemonstrasikan jurus-jurus silat, sang pesilat juga membawa ular berbisa dalam atraksinya. Kelebihan lainya ialah pesilat bisa menjinakan ular-ular tersebut bahkan kebal terhadap gigitanya.
Kesenian Debus Garut.
Debus di garut kebanyakan berkembang di daerah pesisir selatan terutama di Pamengpeuk. Dulunya kesenian ini diciptakan oleh para penyebar agama Islam tujuanya untuk menarik masa dalam kepentingan menyebarkan agama, sebagai salah satu pembuktian bahwa tidak ada kekuatan lain yang lebih besar dari kekuatan Allah. Kesenian ini biasanya ditampilkan pada acara-acara besar tertentu saja, dan diiringi dengan instrumen musik pencak silat.
Kesenian Gesrek.
Berasal dari kampung Kamongan, disebut juga seni bubuang diri atau mempertaruhkan nyawa. Atraksi ini seperti debus yang dipertontonkan oleh pemain gesrek yaitu mempermainkan golok-golok yang tajam sambil mendemonstrasikan jurus-jurus silat, dipukul dengan bambu, berguling-guling atau berjalan di atas bara api. Pemain gesrek terdiri atas 10 orang pemain golok dan didukung oleh 4-7 orang yang bertugas menyediakan peralatan dan penjaga apabila ada orang yang mengganggu.
0 komentar:
Posting Komentar